Minggu, 29 Maret 2015


DINIYAH LIMO JURAI
SEJUTA INSPIRASI
بسم الله الرحمان الرحيم





Ponpes Diniyah Limo Jurai adalah salah satu pondok pesantren yang berada di kab. Agam Sumatera Barat. Ponpes ini diapit oleh gunung  marapi dan gunung singgalang yang berada di kab. Agam. Ponpes ini terdiri dari tingkat tsanawiyah (MTs) dan setingkat aliyah (MAK ) dan gedungnya terdiri dari  dua lantai. ponpes ini terletak sangat strategis. Sebelah kirinya adalah SMP 1 sungai pua , di depannya adalah kantor wali nagari yang berdiri kokoh dan megah dengan ornamen atap bagonjong yang menggambarkan ciri khas minangkabau. Dan juga terdapat sebuah pasar tradisional yang berjarak kira-kira 30m dari ponpes ini. Sebuah pasar yang hanya di buka seminggu 2 kali, yakni setiap hari minggu dan kamis. Di pasar ini menjual kebutuhan sehari-hari dan bahan sembako. Dan sebelah kanannya adalah sebuah lapanghan bola yang cukup luas. kemudian juga terdapat sebuah puskesmas yang berjarak kira-kira 20m.
Masa pendidikan di pondok pesntren ini 3 tahuh untuk tingkat tsanawiyah dan 4 tahun untuk aliyah. 4 tahun ? why gituu ??? haha  kaget ya ? empat tahun karena untuk memaksimalkan ilmu agam yang telah dipelajari . mungkin sebagian orang berfikir ngapain sih sekolah 4 tahan ??( buang umur, buang duit, buang tenaga. Mending langsung kuliah.) Itu sih menurut mereka yang tidak pernah merasakan manisnya menuntut ilmu agama. Tetapi menurut kita yang bergelimang dengan kitab-kitab dan buku buku agama, sebenarnya waktu 4 tahun itu sangat kurang. Karena ilmu yang didapat selama 4 tahun itu belum apa-apa dibandingkan dengan ilmu Allah yang luasnya hanya Allah yang tau. Sebagaimana yang allah katakan, Apabila seluruh air lautan kita gunakan sebagai tinta untuk menulis seluruh ilmu Allah pasti tidak akan cukup.
Kata orang-orang sih masa-masa SMA itu adalah masa masa yang sangat menyenangkan yang memiliki berjuta kenangan, istilahnya sih ( masa putih abu-abu )
sayangnya kita ga punya tuh yang namanya masa putih abu-abu. Adanya masa putih hijau-hijau . hohoho.
Iya benar, kalau masa SMA masa yang menyenangkan. Dimana kita bisa menemukan jati diri kita, prospek kehidupan kita kedepannya bagaimana, Masa depan kita beberapa tahun kedepan akan jadi apa ? masa dimana pelajaran masih didapat dengan cara disuapin oleh guru. Tidak seperti di kuliah.  Kita hidup dengan keegoan masing-masing, tidak peduli apa yang tejadi pada teman. Persaingan jelas terlihat, masa dimana kita harus bisa menggapai angan , keinginan untuk menjadi sukses, bagaimanapun caranya. Tidak seperti di SMA yang penuh dengan kehangatan , keakraban, kebersamaan bersama teman. Saling membantu, saling menyapa dan saling berbagi kehangatan. Itu lah dunia yang kita jalani yang mana ada kerikil karikil tajam yang menghambat setiap langkah dan rencana kita.
Begitu juga dengan saya seorang santri Ma’had Ponpes Diniyah Limo Jurai. Yang merasakan hangatnya kebersamaan, persahabatan ketika di Ma’had . disitu saya banyak belajar tentang arti sebuah kehidupan yang semata-mata kita jalani karena Allah. Masih lekat diingatan saya , bahwa dahulu sebenarnya tidak ingin melanjutkan study di Ma’had ini. karena ingin belajar di SMA. Tetapi Allah takdirkan saya untuk mempelajari ilmu agama. Alhamdulillah Allah beri saya kesempatan. Karena Allah maha mengetahui apa yang baik untuk hambanya.
Disini saya belajar banyak hal tentang ilmu agama, sebenarnya masih banyak yang harus kita gali, kita kaji, dan kita dalami masalah ilmu agama. Karena manfatnya tidak hanya dunia tapi akhirat. Setiap pagi kita disuruh tartil Alqur’an, ada hafalan juga. Disitu dapat membuat hati kita akan akrab dan lengket dengan ayat-ayat Alqur’an. Sebelum pelajaran dimulai kita sering diberi satu hadits atau ayat lalu dijelaskan maksudnya. Kita sering dimotivasi dari cerita- cerita para sahabat Rasulullah. Seorang ustadz atau guru kita juga sering mengingatkan agar memperbanyak tahajjud, harus rajin shalat dhuha, puasa sunnah. Setiap kali masuk beliau sering bertanya “apakah antum tadi malam shalat tahajjud ?” terkadang kita sering malu kepada beliau karena tidak tahajjud. Tetapi kita mungkin lupa, seharusnya kita itu malu kepada Allah dzat yang maha melihat dan mengetahui.
Tapi sekarang pertanyaan itu tidak pernah muncul lagi. Ibadah kita tidak ada yang mengingtkan lagi. Tidak ada lagi yang memotivasi kita untuk belajar dengan giat, ibadah semata-mata karena Allah, selalu mengingat kematian. Karena kita sekarang berada di dunia yang berbeda. Dunia dimana kita harus belajar sendiri mati-matian, harus bisa belajar tanpa bimbingan dan arahan dari seorang guru. Sekarang baru bisa dirasakan ternyata masa SMA itu tiada tandingannya. Berjuta inspirasi untuk bisa bangkit dari keterpurukan dan kelemahan.

Bersambung ... ... ...