DINIYAH LIMO JURAI
SEJUTA INSPIRASI
بسم الله الرحمان الرحيم
Ponpes Diniyah Limo Jurai adalah salah satu
pondok pesantren yang berada di kab. Agam Sumatera Barat. Ponpes ini diapit
oleh gunung marapi dan gunung singgalang
yang berada di kab. Agam. Ponpes ini terdiri dari tingkat tsanawiyah (MTs) dan
setingkat aliyah (MAK ) dan gedungnya terdiri dari dua lantai. ponpes ini terletak sangat
strategis. Sebelah kirinya adalah SMP 1 sungai pua , di depannya adalah kantor
wali nagari yang berdiri kokoh dan megah dengan ornamen atap bagonjong yang
menggambarkan ciri khas minangkabau. Dan juga terdapat sebuah pasar tradisional
yang berjarak kira-kira 30m dari ponpes ini. Sebuah pasar yang hanya di buka
seminggu 2 kali, yakni setiap hari minggu dan kamis. Di pasar ini menjual
kebutuhan sehari-hari dan bahan sembako. Dan sebelah kanannya adalah sebuah lapanghan
bola yang cukup luas. kemudian
juga terdapat sebuah puskesmas yang berjarak kira-kira 20m.
Masa pendidikan di pondok pesntren ini 3 tahuh
untuk tingkat tsanawiyah dan 4 tahun untuk aliyah. 4 tahun ? why gituu ???
haha kaget ya ? empat tahun karena untuk
memaksimalkan ilmu agam yang telah dipelajari . mungkin sebagian orang berfikir
ngapain sih sekolah 4 tahan ??( buang umur, buang duit, buang tenaga. Mending langsung
kuliah.) Itu sih menurut mereka yang tidak pernah merasakan manisnya menuntut
ilmu agama. Tetapi menurut kita yang bergelimang dengan kitab-kitab dan buku
buku agama, sebenarnya waktu 4 tahun itu sangat kurang. Karena ilmu yang
didapat selama 4 tahun itu belum apa-apa dibandingkan dengan ilmu Allah yang
luasnya hanya Allah yang tau. Sebagaimana yang allah katakan, Apabila seluruh
air lautan kita gunakan sebagai tinta untuk menulis seluruh ilmu Allah pasti
tidak akan cukup.
Kata orang-orang sih masa-masa SMA itu
adalah masa masa yang sangat menyenangkan yang memiliki berjuta kenangan,
istilahnya sih ( masa putih abu-abu )
sayangnya kita ga punya tuh yang namanya masa putih abu-abu. Adanya masa putih
hijau-hijau . hohoho.
Iya benar, kalau masa SMA masa yang
menyenangkan. Dimana kita bisa menemukan jati diri kita, prospek kehidupan kita
kedepannya bagaimana, Masa depan kita beberapa tahun kedepan akan jadi apa ?
masa dimana pelajaran masih didapat dengan cara disuapin oleh guru. Tidak seperti
di kuliah. Kita hidup dengan keegoan
masing-masing, tidak peduli apa yang tejadi pada teman. Persaingan jelas
terlihat, masa dimana kita harus bisa menggapai angan , keinginan untuk menjadi
sukses, bagaimanapun caranya. Tidak seperti di SMA yang penuh dengan kehangatan
, keakraban, kebersamaan bersama teman. Saling membantu, saling menyapa dan
saling berbagi kehangatan. Itu lah dunia yang kita jalani yang mana ada kerikil
karikil tajam yang menghambat setiap langkah dan rencana kita.
Begitu juga dengan saya seorang santri Ma’had
Ponpes Diniyah Limo Jurai. Yang merasakan hangatnya kebersamaan, persahabatan
ketika di Ma’had . disitu saya banyak belajar tentang arti sebuah kehidupan
yang semata-mata kita jalani karena Allah. Masih lekat diingatan saya , bahwa
dahulu sebenarnya tidak ingin melanjutkan study di Ma’had ini. karena ingin
belajar di SMA. Tetapi Allah takdirkan saya untuk mempelajari ilmu agama. Alhamdulillah
Allah beri saya kesempatan. Karena Allah maha mengetahui apa yang baik untuk
hambanya.
Disini saya belajar banyak hal tentang ilmu
agama, sebenarnya masih banyak yang harus kita gali, kita kaji, dan kita dalami
masalah ilmu agama. Karena manfatnya tidak hanya dunia tapi akhirat. Setiap pagi
kita disuruh tartil Alqur’an, ada hafalan juga. Disitu dapat membuat hati kita
akan akrab dan lengket dengan ayat-ayat Alqur’an. Sebelum pelajaran dimulai
kita sering diberi satu hadits atau ayat lalu dijelaskan maksudnya. Kita sering
dimotivasi dari cerita- cerita para sahabat Rasulullah. Seorang ustadz atau
guru kita juga sering mengingatkan agar memperbanyak tahajjud, harus rajin
shalat dhuha, puasa sunnah. Setiap kali masuk beliau sering bertanya “apakah
antum tadi malam shalat tahajjud ?” terkadang kita sering malu kepada beliau
karena tidak tahajjud. Tetapi kita mungkin lupa, seharusnya kita itu malu
kepada Allah dzat yang maha melihat dan mengetahui.
Tapi sekarang pertanyaan itu tidak pernah
muncul lagi. Ibadah kita tidak ada yang mengingtkan lagi. Tidak ada lagi yang
memotivasi kita untuk belajar dengan giat, ibadah semata-mata karena Allah,
selalu mengingat kematian. Karena kita sekarang berada di dunia yang berbeda. Dunia
dimana kita harus belajar sendiri mati-matian, harus bisa belajar tanpa
bimbingan dan arahan dari seorang guru. Sekarang baru bisa dirasakan ternyata
masa SMA itu tiada tandingannya. Berjuta inspirasi untuk bisa bangkit dari
keterpurukan dan kelemahan.
Bersambung ... ... ...